Pastor Masuk Islam Setelah Berdialog Dengan Sayyidina Ali

Lowongan Kerja dan Peluang Usaha di bidang IT menanti keterampilan anda sebagai ahli teknisi komputer. Jadilah Teknisi Komputer Professional dengan memiliki Panduan Teknsisi Komputer Terlengkap dari Toko Ebook Online Terpercaya. Ayo gabung bersama Qbonk Media Group DI SINI.
Diriwayatkan bahwa seorang utusan datang dari negeri Roma ke Madinah pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Di antara mereka ter­dapat seorang pastor Nasrani. Pastor itu datang ke masjid Rasulullah Saw sambil membawa kantong yang berisi emas dan perak. Di dalam masjid itu dijumpai ada Khalifah Abu Bakar dan beberapa sahabat dari Anshar dan Muhajirin. Pastor itu masuk dan mengucapkan salam serta melihat dengan seksama wajah para sahabat. Lalu dia berkata, “Mana di antara kalian yang menjadi khalifah Rasulullah dan penjaga agama kalian?” Lalu ditunjuklah Khalifah Abu Bakar. Lalu Pastor itu mendekati Khalifah Abu Bakar dan ber­kata, “Wahai tuan, siapa namamu?”
 
Khalifah Abu Bakar menjawab, “Atiq.”
Pastor bertanya, “Kemudian apa lagi?”
Khalifah Abu Bakar menjawab, “Shiddiq.”
Pastor bertanya, “Kemudian apa lagi?”
Khalifah Abu Bakar menjawab, “Aku tidak mengetahui nama selain itu.”
Pastor berkata, “Anda bukan yang aku tuju.” Khalifah Abu Bakar bertanya, “Apa keperluan­mu?”

Pastor menjawab, “Aku dari negeri Roma. Aku datang membawa kantung berisi emas dan perak. Aku ingin bertanya kepada penjaga umat ini tentang beberapa masalah. Jika dia dapat menjawab maka aku akan masuk Islam dan mentaati perintahnya. Dan ini hartaku di hadapan kalian aku berikan. tetapi jika dia tidak mampu menjawabnya maka aku akan kembali dan tidak akan masuk Islam.”

Khalifah Abu Bakar berkata, “Bertanyalah sesukamu.”
Pastor berkata, “Demi Allah. Aku tidak akan berbicara sebelum Anda memberiku keamanan dari kemarahanmu dan kemarahan teman-te­manmu.”

Khalifah Abu Bakar berkata, “Kamu aman dan tidak apa-apa. Katakanlah apa yang kamu ingin-kan!” Pastor berkata, “Beritahukan kepadaku ten­tang sesuatu yang tidak Allah miliki, sesuatu yang tidak ada pada Allah dan sesuatu yang tidak diketahui Allah.”

Khalifah Abu Bakar gemetar dan tidak mampu menjawab. Kemudian pastor itu bangun hendak ke luar. Sebelum pastor itu berlalu, Khalifah Abu Bakar berkata, “Wahai musuh Allah, sekiranya tidak ada janji tadi, niscaya aku basahi tanah ini dengan darahmu.”

Kemudian Salman al-Farisi bangun dan per­gi menjumpai Ali bin Abi Thalib yang tengah duduk bersama al-Hasan dan al­-Husain di tengah rumah. Salman menceritakan kejadian yang baru saja terjadi kepada Ali. Lalu Ali bin Abi Thalib bangun dan pergi ber­sama al-Hasan dan al-Husain sehingga sampai di masjid. Ketika orang-orang melihat Ali mereka bertakbir dan bertahmid. Mereka segera mendekati Ali. Lalu Ali masuk dan duduk. Kemudian Khalifah Abu Bakar berkata, “Wahai pastor, bertanyalah kepa­danya. Dialah temanmu dan yang kamu cari.”

Kemudian pastor itu menghadap Ali dan berkata, “Wahai lelaki, siapa namamu?”

Ali menjawab, “Namaku dika­langan Yahudi adalah Ilyan dan dikalangan Nasrani adalah Iliya. Sedangkan menurut ayah­ku namaku adalah Ali dan menurut ibuku ada­lah Haidar.”

Pastor bertanya, “Apa hubunganmu dengan nabimu?”

Ali menjawab, “Dia adalah sau­daraku, mertuaku dan Putra pamanku.”

Pastor herkata, “Kamu adalah temanku demi Tuhannya Isa. Beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang tidak dimiliki Allah, sesuatu yang tidak ada pada Allah dan sesuatu yang tidak diketahui Allah?”

Ali menjawab, “Kamu telah me­nemui seorang ahli. Yang tidak dimiliki Allah adalah bahwa Allah Mahaesa, tidak memiliki pasangan dan anak. Yang tidak ada pada Allah adalah perbuatan zhalim terhadap siapa pun (apa pun). Dan yang tidak diketahui Allah adalah Allah tidak mengetahui adanya sekutu bagi­Nya dalam kerajaan-Nya.”

Pastor itu bangun lalu memegang kepala Ali dan menciumi antara kedua matanya, seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah dan engkau adalah pengganti dan penjaga umat ini. Engkau adalah sumber agama dan hikmah. Aku telah membaca dalam Taurat namamu adalah Ilyan, dalam Injil adalah Iliya. Aku yakin bahwa kamu adalah pewaris Nabi dan pemimpin. Kamu lebih pantas di tempat ini

dari yang lain. Beritahukan kepadaku bagai­mana keadaanmu clan keadaan kaummu?”

Sayyidina All menjawab pertanyaan itu dengan sebuah penjelasan. Lalu pastor itu bangun dan menyerahkan seluruh hartanya ke­pada Sayyidina Ali, kemudian kembali ke kaumnya dalam keadaan Muslim.[www.wisdoms4all.com]

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar sercara sopan dan relevan